Antara ‘How’ dan ‘Why’ dalam Training Soft Skills

Edisi 12, 3 Agustus 2018

Dalam berbagai diskusi TNA (training need analysis) dengan pihak Manajemen, salah satu kecenderungan bias yang muncul dari manajemen adalah terlalu cepat menyimpulkan permasalahan ada di ‘how’:  peserta tidak tahu cara melakukan presentasi,  atau perlu dilatih berkomunikasi dengan lebih baik, atau belum tahu cara melakukan coaching.

Pendekatan ‘how’ sebetulnya lebih dominan dalam pendekatan pelatihan teknis, ketika tidak banyak variable yang dapat mempengaruhi munculnya sebuah tindakan.  Dalam soft skills, permasalahan bisa sangat berbeda.  ‘How’ seringkali merupakan faktor yang tidak sulit dikuasai, karena sebagian besar ketrampilan yang ada sudah dilakukan sehari-hari dan secara common sense bisa diperbaiki dengan belajar dari pengalaman.  Aspek ‘why’ yang seringkali menjadi masalah: tidak adanya keinginan atau keberanian untuk memunculkan suatu tindakan.

Hal-hal yang menghambat kemunculan sebuah tindakan, bisa external, bisa internal dan lebih sering berupa interaksi antara keduanya.  Bukannya tidak tahu cara mengambil keputusan, tetapi tidak berani karena biasanya kalau ada kesalahan, Manajemen memberikan hukuman yang keras.  Bukannya tidak bisa mendelegasikan pekerjaan, tetapi merasa tidak ada manfaatnya melakukan tersebut.

Faktor ‘why’ dalam pelatihan soft skills begitu central dan complicated.  Setiap peserta bisa mempunyai asalan sendiri kenapa tidak melakukan sesuatu hal.  Dari mulai tidak merasa hal itu penting, takut disalahkan, tidak sempat, dan lain sebagainya.  Sayangnya dengan keterbatasan waktu dan banyaknya jumlah peserta maka diskusi mengenai ‘why’ biasanya hanya terbatas pada pengumpulan berbagai penyebab dan usaha untuk meyakinkan peserta secara umum.  Sementara itu penyebab subjektifnya, sebaiknya ditangani via one on one coaching.

Karena ‘how’ umumnya bisa dipelajari sendiri dan bila unsur ‘why’ sudah teratasi, maka orang bisa bergerak sendiri untuk mencari ‘what’dan ‘how’ nya, maka setiap pelatihan soft skills idealnya menyediakan porsi yang memadai untuk mendiskusikan ‘why’.  Mendiskusikan hambatan yang bisa muncul dan membantu peserta mengidentifikasikannya.

G. Suardhika
Soft Skills Trainer
Competency Development Trainer

Leave a Reply

Close Menu