Sikap Terhadap Pensiun

Edisi 38, 16 Juli 2020

Tidak banyak survei yang bisa saya temukan terkait pensiun.  Salah satu yang menarik, walaupun mungkin sudah cukup lama, adalah survei yang dilakukan Meriil Lynch, pada 2004/2005.  (Sumber: https://www.mauldineconomics.com/frontlinethoughts/the-new-retirement-model-mwo031805) Tentunya datanya saat ini bisa jadi sudah banyak bergeser saat ini.  Tetapi variasi sikap yang diambil tetap menarik untuk didiskusikan.

Survei dilakukan pada baby boomers, mereka yang lahir paska perang dunia kedua.  Peneliti kemudian mengelompokan data yang ada atas lima kelompok berikut ini.

  1. Empowered Trailblazers (18 %), yang melihat pensiun sebagai hal yang akan melengkapi kehidupan mereka. Mereka memilih untuk tetap aktif, melakukan berbagai hal yang mereka sukai: jalan-jalan, belajar hal baru, menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman.  Bahkan juga terlibat dalam kegiatan sosial.  68 persen dari orang di kelompok ini menyambut pensiun dengan rasa senang.
  2. Wealth Builders (31%) adalah mereka yang menikmati kesuksesan material. Mereka akan berusaha terus mencari aktivitas yang bisa mendatangkan uang karena mereka merasa sudah berhasil di area tersebut.
  3. Anxious Idealist (20%) melihat pensiun sebagai sarana untuk mendapatkan keseimbangan dalam hidup. Sayangnya orientasi idealistik mereka, menyebabkan mereka kurang memikirkan aspek keuangan, sehingga mereka cukup cemas terhadap dampak finansial dari pensiun.  85 persen dari kelompok ini merasa tidak nyaman ketika memikirkan pensiun.
  4. Leisure Lifers (13%) adalah kelompok yang paling mungkin menjalani masa pensiun dengan lebih santai. Kerja bukan prioritas, sebagian besar bahkan tidak menikmati pekerjaan dan karir.  Walaupun dengan tabungan yang minim, 70-an persen merasa pensiun akan mengurangi stres mereka.
  5. Stretched and Stressed (18%). Mereka yang kurang berhasil dalam pekerjaan dan karir.  Mereka yakin mereka harus terus bekerja bukan karena kebutuhan finansial yang ada.  Mereka juga merasa bahwa pensiun hanya akan menambah ketegangan dengan pasangan karena masalah keuangan.  Mereka adalah kelompok yang paling tidak bahagia, berada di posisi 5,8 dari 10.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa pensiun adalah tahap terjadinya pergeseran aktivitas, tetapi bukan pergeseran orientasi makna hidup.  Mereka yang sudah mendapatkan makna dari material, akan tetap berupaya meneruskannya (wealth builders).  Mereka yang tidak menemukan makna di pekerjaan, dan merasa cukup dengan keuangan yang telah didapat,akan mulai mencari makna di area lain (leisure lifers & empowered trailblazers).  Namun keterbatasan tabungan akan menyebabkan terbatasnya pilihan dan menjadikan pensiun sebagai mimpi buruk (Anxious Idealist & Stretched and Stressed).

Keberhasilan karir dan finansial, serta pemahaman akan makna hidup yang penting buat kita, kemudian menjadi penentu sikap kita terhadap pensiun dan pilihan aktivitas kita kemudian.

Leave a Reply

Close Menu