Second Career 2: Coach, Trainer atau Konsultan

Edisi 36, 18 Juni 2020

Robert Kiyosaki dalam kuadran Kiyosaki-nya menjelaskan mengenai 4 pilihan sumber pendapatan seseorang: membangun bisnis, investasi, menjadi karyawan atau self employed: mempekerjakan diri sendiri.  Pilihahn menjadi trainer atau konsultan umumnya berada di kuadran self employed, walaupun tetap terbuka peluang untuk digeser ke business owner, ketika perusahaan tidak hanya menjual Anda dan tidak tergantung Anda untuk dapat berjalan dengan baik.

Pilihan second career kedua ini berbeda dari yang pertama dari segi, bahwa Anda tidak berada di satu perusahaan tertentu pada satu waktu tertentu, tetapi Anda mulai berpikir mengenai menjual keahlian Anda pada beberapa perusahaan sekaligus dan berusaha membagi waktu Anda pada beberapa klien Anda pada saat bersamaan.

Aktivitas menjual di sini lebih kental.  Bila di kelompok karir kedua yang sebelumnya, Anda mencari satu perusahaan tertentu untuk mempekerjaan Anda, pada kelompok yang ini, Anda perlu secara rutin melakukan aktivitas menjual ataupun networking.

Alternatif profesi pertama dari second karir kelompok kedua ini adalah coach.  Bila staf ahli fokus pada pekerjaannya, coach fokus pada orangnya.  Anda menggunakan keahlian Anda untuk bisa mengembangkan eksekutif secara perorangan.  Namun, coach umumnya memerlukan pelatihan dan sertifikasi tersendiri dan pendekatannya lebih pada kemampuan menggali potensi coachee dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.  Track record eksekutif yang baik, bermanfaat untuk mendatangkan klien dan mendapatkan respek coachee.

Sementara itu alternatif trainer atau konsultan, umumnya memerlukan kemampuan untuk membuat produk training ataupun konsultansi.  Keahlian Anda bisa menjadi salah satu unsur penjual, tetapi bila tidak didukung oleh formulasi produk training dan konsultansi yang baik, akan sulit untuk bersaing di pasar yang ada.

Karena itu bila Anda ingin menjadi Coach, Trainer ataupun Konsultan, maka sama seperti berwirausaha, sebaiknya Anda mempersiapakan minimal 5 tahun sebelum pensiun.  Berpikir mengenai bidang yang dipilih, track record yang dibutuhkan, sertifikasi yang perlu diambil dan produk yang ingin dibentuk, sehingga ketika sudah pensiun Anda siap menjalankannya.

Lebih baik lagi, bila Anda mulai membangun reputasi dan pengalaman dengan menjadi coach/trainer/konsultan pada waktu senggang, membangun web site & blog anda, melakukan evaluasi pasar, atau malah menjajaki produk dari luar negeri yang bisa dibawa ke Indonesia.

Apapun pilihan Anda, persiapan yang matang akan sangat menentukan transisi yang baik dan keberhasilan Anda di second career Anda.

Leave a Reply

Close Menu