Edisi 28, 27 Februari 2020
Dalam konteks pensiun, bagaimana kita bisa menilai sukses atau gagalnya pensiun? Apakah dari harta yang sudah berhasil kita kumpulkan selama bekerja? Apakah dari keberhasilan kita membebaskan diri dari bekerja karena uang? Apakah dari tingkat kebahagiaan kita setelah pensiun dibanding sebelumnya? Ataukah dari semua hal di atas dan beberapa hal lainnya?
Anda tentu bebas untuk menentukan indikator yang ingin dipakai untuk mengukur keberhasilan pensiun. Bahkan mungkin Anda bisa mulai dari pertanyaan ini: keberhasilan pensiun? Bagaimana bisa sesuatu yang dipaksakan pada kita hanya karena kita sampai pada hitungan angka usia tertentu lalu bisa dinilai berhasil tidaknya?
Dalam dunia modern, kita memang tidak bisa lepas dari diperolehnya hak atau kewajiban yang dikaitkan dengan usia. Seseorang boleh memiliki KTP, menikah, membuka rekening di bank ataupun melakukan tindakan legal lainnya setelah usia tertentu, bisa 17, 18, 21 tahun atau usia lainnya.
Dalam kaitan dengan pekerjaan, umumnya usia 55 tahun dianggap sebagai saat dimana Anda sudah harus berhenti bekerja di organisasi. Mau kinerja Anda lagi bagus-bagusnya, mau Anda masih dalam kondisi sehat dan bugar, perusahaan tetap memberlakukan hal tersebut, dengan sedikit pengecualian. Lalu, bagaimana cara kita bisa mengukur kesuksesan pensiun?
Sesuatu yang sudah kita tahu dari jauh hari akan terjadi, tentu bisa dipersiapkan. Bahkan persiapan bisa dilakukan dalam jangka waktu panjang. Tahap pertama dari persiapan adalah menentukan apa indikatornya? Apa target yang ingin Anda capai ketika pensiun nanti?
Pada kesempatan ini, marilah kita gunakan indikator kesejahteraan, bagaimana persiapannya agar kesejahteraan Anda setelah pensiun lebih baik, paling tidak sama dari sebelumnya. Kesejahteraan kita lihat dari 4 aspek berikut: aktivitas, ekonomi, fisik dan kebahagiaan.
Aspek aktivitas. Apa yang akan dilakukan setelah pensiun? Gaya hidup seperti apa yang akan dibangun? Ada yang kembali bekerja tetapi pada bidang yang ia sukai, walau penghasilan berkurang. Ada yang terpaksa menerima pekerjaan yang tidak disukai dengan penghasilan yang lebih kecil. Perencanaan pensiun kita perlu mempertimbangkan mengenai pola aktivitas apa yang ingin dilakukan setelah pensiun. Apapun pilihannya, kita berharap mempunyai ragam aktivitas yang bisa kita nikmati sehingga menurunkan level stres dibanding ketika bekerja. Faktor ini sangat terkait dengan faktor ekonomi: apakah kita masih perlu bekerja untuk uang setelah pensiun?
Aspek ekonomi termasuk aspek utama karena sebagian orang bekerja umumnya dengan alasan ekonomi. Ketika pekerjaan terasa berat, mereka menggunakan alasan ekonomi untuk bertahan, dengan harapan setelah pensiun, mereka tidak harus bekerja lagi. Pendapatan umumnya menurun pada saat pensiun, namun sebagian tetap bisa berada pada level gaya hidup sebelumnya dengan menggunakan tabungan yang ada. Sebagian lagi tidak berhasil mencapai hal tersebut dan perlu bersiap untuk menurunkan gaya hidupnya atau mencari sumber pendapatan lain.
Faktor berikutnya adalah fisik. Seberapa berhasil kita menjaga kondisi fisik ketika muda, akan menentukan bagaimana kondisi fisik kita pada saat pensiun. Terkesan sepele, tetapi pada kenyataanya salah satu sumber stres paska pensiun adalah kondisi fisik yang sudah sangat menurun, sehingga aktivitas kita menjadi terbatas, kita mengisi pensiun dengan bolak-balik ke rumah sakit.
Ketiga aspek tersebut: aktivitas, ekonomi dan fisik akan sangat menentukan level kebahagiaan kita. Dalam perspektif MPD paling tidak ada 2 faktor utama yang menyebabkan transisi pensiun tidak berhasil. Pertama adalah tidak berhasilnya proses transisi pada 4 aspek tersebut: aktivitas, ekonomi, fisik dan kebahagiaan. Kedua adalah kegagalan mendapatkan makna hidup yang baik setelah pensiun. Faktor ini menyebabkan post power sindrome.
Sukses pensiun bisa diraih bila seseorang mempersiapkan pensiun dari jauh hari sehingga ke-4 aspek tersebut dikelola dengan baik dan tidak kehilangan makna hidup hanya karena sudah tidak bekerja lagi. Semakin awal Anda memperbaiki pola kerja dan hidup Anda, semakin banyak alternatif yang bisa Anda pilih paska pensiun, semakin sukses Anda dalam melakukan transisi.
G. Suardhika
Soft Skills Trainer