Complaint dalam Training

Edisi 04, 10 Mei 2016

Hampir-hampir tidak ada satupun training berjalan tanpa sharing complaint dari peserta, terkait perusahaannya.  Saya sebagai trainer sih senang-senang aja, karena dari diskusi yang ada biasanya kemudian saya bisa banyak belajar mengenai permasalahan yang ada di Perusahaan.  Tetapi ada beberapa isue terkait hal tersebut yang biasanya perlu dikelola dengan baik oleh trainer.

Pertama adalah subyektivitas.  Kalau training itu berupa inhouse biasanya trainer bisa dapat gambaran perusahaan dari proses TNA sebelumnya, sehingga complaint terhadap perusahaan mereka tersebut bisa ditakar kadar subyektivitasnya.  Yang sulit adalah pada saat public training, karena kita tidak tahu seberapa obyektifnya.  Bahkan walaupun ada beberapa orang dari perusahaan yang sama yang datang pada saat public training tersebut dan menyetujuinya, kita perlu cukup hati-hati dalam menanggapinya.  Yang saya tempuh biasanya hanya mengambil kesimpulan umum atau kalau tidak, mengingatkan peserta akan alasan dari manajemen/atasan yang memungkinkan sebuah kebijakan tidak favorit dijalankan.

Kedua adalah mood.  Kadang complaint yang ada begitu panjang dan begitu depresive-nya, sampai terkesan sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan.  Untuk itu, trainer perlu pintar mencari timing untuk meng-cut pembicaraan seorang peserta.  Ini sulit dilakukan bila peserta tersebut dominan dan self center, ingin selalu diperhatikan oleh lingkungannya.  Dalam situasi ini rasanya sulit untuk memotong pembicaraan tanpa menimbulkan perasaan tidak nyaman pada trainer dan peserta tersebut.  Namun, kepentingan peserta secara keseluruhan tetap harus diutamakan.

Ketiga adalah faktor waktu.  Aware terhadap faktor waktu diperlukan agar keseluruhan materi bisa diberikan dengan baik.  Saya pernah memiliki klas public yang begitu aktifnya, padahal hanya berisi beberapa orang saja, sehingga hanya sekitar ¾ materi yang bisa saya selesaikan.  Saya sendiri menikmati diskusi seperti ini karena banyak hal baru yang bisa saya pelajari terkait materi pelatihan untuk dapat dikembangkan kemudian.  Yang mengagetkan adalah ini: peserta yang ada protes karena materi tidak selesai sehingga akhirnya saya menyediakan setengah hari waktu saya untuk melanjutkan pelatihan di kantor….hehehe…

Default saya dalam membahas complaint adalah mengembalikan perspektif ke tema pelatihan dan mengembalikan tanggung jawab ke masing-masing peserta untuk bertindak optimal demi kepentingan perusahaan dan individu.

G. Suardhika
Soft Skills Trainer
Competency Development Trainer

Leave a Reply

Close Menu